FUNTECHNET - Ketika mendengar kata spam, kebanyakan dari kita langsung teringat pada email sampah, promosi tidak penting, atau pesan WhatsApp berantai yang sangat mengganggu. Namun, masih sedikit yang mengetahui fakta bahwa istilah ini tidak bermula dari dunia teknologi, melainkan dari dunia kuliner dan komedi. Kisah di baliknya yang cukup unik dan lucu, bahkan bisa bikin kamu berpikir dua kali sebelum mengeluh soal spam di inbox. Menariknya lagi, perjalanan kata ini menunjukkan bagaimana budaya pop dapat memengaruhi bahasa dan teknologi.
Dari Daging Kalengan ke Meja Perang Dunia II
Awalnya, asal usul kata Spam bermula pada sebuah merek daging kalengan yang diproduksi oleh Hormel Foods sejak tahun 1937. Nama "Spam" dicetuskan oleh Ken Daigneau, kakak dari Vice President Hormel Foods ketika itu. Daigneau mengikuti sayembara berhadiah 100 dollar AS untuk mencari nama calon produk baru Hormel Foods yang berbahan daging babi itu. Arti nama "Spam" tidak diungkap ke publik, tapi diduga merupakan singkatan dari "Spiced Ham" atau "Shoulder of Pork and Ham" (Diskominfo, 2024). Produk spam ini di kala itu sangat populer karena dinilai praktis, murah, dan tahan lama, membuatnya sangat berguna dan sering digunakan untuk makanan cadangan saat Perang Dunia II. Para tentara Amerika mengandalkan Spam sebagai sumber protein di medan perang, dan setelah perang berakhir pun, Spam tetap menjadi makanan kaleng populer di berbagai negara, terutama di Hawaii dan Asia Timur. Jadi, sebelum menjadi sinonim dari “pesan sampah,” Spam adalah penyelamat lapar yang membantu jutaan orang bertahan hidup.
Bayangkan saja, daging kalengan sederhana yang awalnya menyelamatkan perut para tentara di medan perang, kini berubah menjadi kata istilah untuk pesan digital yang mengganggu. Seolah-olah sejarah berkata, “Dari bahan makanan heroik ke sampah inbox kita semua.” Bahkan beberapa tentara saat itu sampai bercanda bahwa mereka sudah makan Spam lebih sering daripada memikirkan surat cinta dari kampung halaman.
Bayangkan saja, daging kalengan sederhana yang awalnya menyelamatkan perut para tentara di medan perang, kini berubah menjadi kata istilah untuk pesan digital yang mengganggu. Seolah-olah sejarah berkata, “Dari bahan makanan heroik ke sampah inbox kita semua.” Bahkan beberapa tentara saat itu sampai bercanda bahwa mereka sudah makan Spam lebih sering daripada memikirkan surat cinta dari kampung halaman.
Monty Python dan Lahirnya Makna Baru
Grup Monty Python’s Flying Circus |
Perubahan makna kembali terjadi pada tahun 1970 ketika grup komedi legendaris Inggris, Monty Python’s Flying Circus, menayangkan sebuah sketsa yang terkenal. Dalam sketsa tersebut, terdapat sekelompok pelanggan yang sedang berada di sebuah kafe, dan hampir semua menu yang ditawarkan mengandung Spam (Kompas, 2024). Setiap kali seorang pelanggan memesan, pelayan akan mengulang-ulang kata “Spam” berkali-kali. Tidak cukup sampai di situ, sekelompok “Viking” di sudut kafe ikut bernyanyi lantang “Spam, spam, spam…” hingga menutupi sebagian percakapan di cafe tersebut. Sketsa ini menjadi sangat terkenal dan akhirnya dijadikan sebagai rujukan dalam budaya pop.
Setelah itu, makna baru pun lahir. Kata spam saat itu mulai dikaitkan dengan sesuatu yang berulang, berlebihan, dan mengganggu. Humor sederhana ini kemudian menyebar luas di komunitas internet. Bayangkan jika teman kelompok tugas kuliahmu terus-terusan ngomong hal yang sama, seperti “Kapan deadline-nya?” atau “Aku lupa
password Zoom lagi.” Rasanya seperti ada Viking Monty Python di sebelahmu, bukan?
Dari Forum Online ke Email Sampah
Gambaran spam pada email |
Ketika email menjadi bagian penting dari komunikasi di era 1990-an, istilah ini dipakai lagi untuk menyebut pesan-pesan promosi tidak diinginkan yang membanjiri kotak masuk email. Sejak itu, kata “spam” menjadi bagian resmi dari kosakata internet. Bahkan kamus besar bahasa Inggris seperti Merriam-Webster akhirnya memasukkan istilah ini dengan definisi digitalnya. Fakta ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh budaya pop terhadap perkembangan teknologi dan bahasa.
Spam di Era Digital Modern
Saat ini, spam tidak hanya terbatas pada email. Kita menemukannya di mana-mana: spam comment di media sosial, spam bot di grup chat, bahkan panggilan telepon penipuan yang menawarkan hadiah palsu. Perusahaan teknologi telah mengembangkan filter spam canggih, tetapi para pelaku spam juga terus menemukan cara baru untuk menghindarinya. Ibarat sebuah kompetisi lomba lari tanpa garis finish, siapa yang lebih kreatif? penyaring spam atau pembuat spam?Fenomena ini juga menggambarkan bagaimana perilaku online berkembang. Dari sekadar promosi produk murahan, kini spam bisa melibatkan penipuan finansial yang serius atau serangan siber. Karena itu, memahami asal usul dan dampak spam membuat kita lebih sadar untuk menjaga keamanan digital kita sendiri.
Sekian dulu cerita seru kita hari ini, sampai jumpa di artikel Funtechnet berikutnya! Tempatnya fun fact teknologi dan internet yang bikin kamu makin up-to-date! See youuu 🚀👋
Baca Juga :
References :
Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Lhokseumawe. (2024, 26 Agustus). Asal Muasal Istilah “Spam”, Ternyata dari Makanan Kalengan. Diakses dari https://kominfo.lhokseumawekota.go.id/berita/read/asal-muasal-istilah-spam-ternyata-dari-makanan-kalengan-202408261724659877
Kompas. (2024, 20 Agustus). Asal Muasal Istilah “Spam”, Ternyata dari Makanan Kalengan. Diakses dari https://tekno.kompas.com/read/2024/08/20/15310047/asal-muasal-istilah-spam-ternyata-dari-makanan-kalengan?page=all
References :
Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Lhokseumawe. (2024, 26 Agustus). Asal Muasal Istilah “Spam”, Ternyata dari Makanan Kalengan. Diakses dari https://kominfo.lhokseumawekota.go.id/berita/read/asal-muasal-istilah-spam-ternyata-dari-makanan-kalengan-202408261724659877
Kompas. (2024, 20 Agustus). Asal Muasal Istilah “Spam”, Ternyata dari Makanan Kalengan. Diakses dari https://tekno.kompas.com/read/2024/08/20/15310047/asal-muasal-istilah-spam-ternyata-dari-makanan-kalengan?page=all
abis baca ini jadi laper, pengen deh makan spam
BalasHapuskirain saya doang yg bingung kenapa spam ky punya dua arti, ternyata memang asal usulnya dari spam makanan toh..
BalasHapus